TANGGUNG JAWAB ATAU KEBOHONGAN
KASUS :
Ada kasus sebagai berikut,
sebuah instansi pemerintah dalam rangka ”menghabiskan” sisa anggarannya meminta
anda untuk membuat suatu system yang anda tahu tidak akan digunakan dan hanya
akan membuang uang saja. Sementara Client (dalam hal ini instansi pemerintah)
dan Perusahaan anda telah setuju dengan proyek tersebut. Client anda tidak
mempermasalahkan apakah software yang dihasilkan akan digunakan atau tidak,
begitu pula Perusahaan tempat anda bekerja, tetapi anda tahu bahwa software
yang anda buat tidak akan digunakan semestinya dan hal tersebut berarti hanya
membuang-buang uang saja.
PENDAPAT SAYA :
Bagaimana anda bersikap?
Kode Etik tidak berdiri
sendiri, perangkat hukum lainnya seperti kontrak kerja harus sama-sama
dipenuhi. Dalam kasus pertama dimana terjadi konflik antara Client dan
Perusahaan, kita mesti lihat kontraknya. Dokumen kontrak memiliki konsekuensi
hukum yang jelas. Tentunya kita ingin memenuhi kontrak tersebut agar tidak kena
sangsi hukum.
Kembali ke kasus ”menghabiskan”
sisa anggaran tadi, bagaimana kita sebagai IT profesional bertindak apabila
kita tahun bahwa proyek yang kita sedang kerjakan adalah sebetulnya proyek
main-main untuk menghabiskan anggaran saja? Dari ketiga kemungkinan di bawah
ini, mana yang anda pilih?
Minta transfer ke proyek lain
yang lebih ”benar”. Atau, kalau tidak memungkinkan untuk minta transfer ke
proyek lain, cari saja kerja di perusahaan yang lain. Kerja secara profesional,
menghasilkan software yang terbaik, tidak usah ambil pusing dengan urusan
publik. Kerja setengah hati sambil ngedumel ke rekan kerja bahwa yang
dikerjakannya akan hanya buang-buang uang saja.
Dari ketiga pilihan ini pilihan
ketiga yang paling tidak konsisten dengan kode etik.
Kode Etik juga mengatur
hubungan kita dengan rekan kerja. Bahwa kita harus selalu fair dengan rekan
kerja kita. Tidak bolehlah kita sengaja menjerumuskan rekan kerja kita dengan
memberi data atau informasi yang keliru. Persaingan yang tidak sehat ini akan
merusak profesi secara umum apabila dibiarkan berkembang.
Karyawan IT di client mestinya
juga mengadopsi Kode Etik tersebut, sehingga bisa terjalin hubungan profesional
antara konsultan dengan client. Bertindak fair terhadap kolega juga berlaku
bagi karyawan IT di organisasi client dalam memperlakukan vendornya. Apabila
dua perusahaan telah sepakat untuk bekerja sama membangun suatu software, maka
para profesional IT di kedua perusahaan tersebut harus dapat bekerja sama
dengan fair sebagai sesama profesional IT .
SOLUSI :
1. Bagi
instansi pemerintah harus lebih bertanggung jawab lagi atas
anggaran yang dimiliki.
anggaran yang dimiliki.
2. Bagi
profesi seharusnya cek kembali tentang kontrak kerja.
3. Bagi
profesi seharusnya bertanggung jawab dan tidak membohongi
kode etik yang dimiliki sebagai seorang profesi.
kode etik yang dimiliki sebagai seorang profesi.
CARA
MENCEGAH :
1. Instansi
pemerintah seharusnya memakai anggaran dana secara baik
dan benar.
dan benar.
2. Bagi
profesi seharusnya pandai menimbang sebuah proyek atau
pekerjaan yang ingin dikerjakan.
pekerjaan yang ingin dikerjakan.
3. Bagi
profesi bertanggung jawablah atas kode etik yang kalian miliki,
lebih profesional dalam menerima klien.
lebih profesional dalam menerima klien.
KESIMPULAN :
Contoh kasus diatas adalah sebuah cermin dari kebohongan yang dipertanggung jawabkan baik itu oleh klien ( instansi pemerintah ) ataupun pihak profesi tersebut. Seharusnya bagi seorang profesi dia harus pandai-pandai memili klien dan suatu pekerjaan yang harus dipertanggung jawabkan, jangan sampai merusak kode etik dengan cara mempertanggung jawabkan kebohongan para klien kita.
Sumber :
http://etikadanprofesiseorangit.blogspot.com/2012/04/etika-profesi-it 27.html
0 komentar:
Posting Komentar